MENINGKATKAN DIRI MENJADI SOCIOPRENEUR
Nasih, Mohammad (2020) MENINGKATKAN DIRI MENJADI SOCIOPRENEUR. Baladena ID.
Text
index.html - Published Version Restricted to Registered users only until 31 December 2020. Download (126kB) | Request a copy |
Abstract
Keberhasilan menjadi pengusaha merupakan sebuah capaian di atas rata-rata. Sebab, menjadi pengusaha memerlukan kemampuan untuk melihat peluang dan mengorganisir banyak orang. Keberhasilan menjalankan prinsip pengeluaraan yang sesedikit mungkin dengan pendapatan yang sebanyak mungkin menjadi kata kunci untuk berhasil. Dalam konteks-konteks ini, Karl Marx melihat bahwa para buruh atau pekerja terealienasi dari hasil kerjanya sendiri. Belasan abad sebelumnya, Nabi Muhammad dengan lebih tegas menyatakan: “Kalian ditolong dan diberi rizki oleh kaum lemah di antara kalin”. Sebab, tanpa adanya kaum lemah yang dipekerjakan, maka tidak akan ada produksi yang dihasilkan oleh para pengusaha. Pengusaha an sich sejatinya adalah orang yang tidak mau menderita kerugian. Mereka hanya mau melakukan sesuatu dengan motif untuk mendapatkan keuntungan. Karena itu, hubungan antara pengusaha dengan para karyawan atau buruhnya sesungguhnya bukan hubungan antara orang yang menolong dan yang ditolong. Bahkan dalam banyak kasus, para pengusaha melakukan eksploitasi terhadap para buruh atau pekerja. Para buruh bahkan seringkali tidak mendapatkan hak-hak dasar sebagai manusia, dan naifnya itu didesain sendiri oleh orang yang mendapatkan keuntungan besar. Bahkan keengganan itu bukan karena mereka akan menderita kerugian, melainkan karena keuntungan kaum borjuis itu akan sedikit berkurang. Berdasar kenyataan di atas, maka dengan menggunakan perspektif yang komprehensif, pengusaha tidak bisa disebut sebagai orang yang lebih mulia dibandingkan kaum buruh. Apalagi jika dilihat lebih jauh lagi bahwa seorang pengusaha tidak akan pernah mau jika para buruh menjadi lebih berdaya. Sebab, jika mereka mengalaminya, maka mereka akan mengalami kesulitan. Jika buruh sadar posisi mereka, maka mereka akan melakukan negosiasi yang dikhawatirkan oleh para pengusaha sebagai penyebab instabilitas dalam proses produksi. Apalagi jika ada buruh yang kemudian memiliki kemampuan untuk berubah menjadi pengusaha, maka pengusaha lama akan menemukan pesaing baru. Dengan adanya pesaing baru, maka proses persaingan berikutnya di pasar akan menimbulkan keseimbangan baru dengan implikasi harga hasil produksi menjadi menurun. Itu berarti, keuntungan akan mengalami penurunan. Baca Juga Abah Nasih dan Keberanian Untuk Berbeda Berbeda dengan pengusaha, seorang entrepreneur tidak khawatir dengan adanya pengusaha sebanyak apa pun. Sebab, dia memiliki kemampuan lebih tinggi dengan melakukan berbagai inovasi yang menempatkannya memiliki nilai yang berbeda dan terbaik. Namun, orientasinya masih tetap untuk mendapatkan keuntungan bagi diri sendiri. Perbedaan antara seorang pengusaha dengan entrepreneur terletak pada kemampuannya dalam melakukan cara-cara baru yang lebih kreatif dan inovatif. Jika pengusaha hanya bisa melihat keuntungan dalam satu celah, entrepreneur bisa melihat potensi keuntungan pada lebih dari satu celah. Karena itu, seorang entrepreneur bisa membangun sinergi antara dua celah potensial tersebut. Dengan demikian, keuntungan yang bisa didapatkan menjadi lebih besar lagi. Dalam aspek tujuan, antara pengusaha dengan entrepeneur sesungguhnya tidak berbeda. Yang mereka kejar sama-sama keuntungan material. Nilai lebih entrepreneur hanya terletak kepada potensinya mendapatkan hasil yang lebih besar, karena memiliki kemampuan untuk lebih kreatif dan inovatif karena melihat peluang-peluang lain yang pada umumnya tidak dilihat oleh pengusaha.
Item Type: | Article |
---|---|
Subjects: | L Education > L Education (General) |
Divisions: | Faculty of Social and Political Sciences > S1 Political Science / Ilmu Politik |
Depositing User: | Dr, M.Si Mohammad Nasih |
Date Deposited: | 25 Aug 2020 06:21 |
Last Modified: | 25 Aug 2020 06:21 |
URI: | http://repository.umj.ac.id/id/eprint/360 |
Actions (login required)
View Item |